SINGARAJA – sightseeingbali.id

Pura Beji Sangsit, dengan arsitektur khas Bali Utara, menjadi bukti tingginya peradaban Bali di masa lampau. Pura yang berlokasi di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, memiliki keunikan pura yang terletak pada arsitektur kunonya yang terjaga sampai sekarang. 

Pura Beji Sangsit tidak saja indah dipandang mata, namun juga menyejukkan batin mereka yang senantiasa mengharapkan penyucian diri. Cukup banyak masyarakat dari luar Sangsit, bahkan dari luar Buleleng, yang tangkil ke pura ini untuk mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa.

Seperti diketahui, pura Beji Sangsit menjadi tempat pemujaan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Dewi Sri atau dewi kesuburan. Dalam konteks pertanian, masyarakat Hindu Bali mendirikan tempat pemujaan bagi Dewi Sri yang disebut Pura Ulun Suwi atau Pura Bedugul. Pura ini pun diperkirakan merupakan pengembangan dari Pura Ulun Suwi atau Pura Bedugul di kawasan tersebut. 

Dari informasi yang dihimpun, yang berstana di pura ini adalah Dewa Ayu Manik Galih, Dewa Ayu Kesaren, Dewa Ayu Rambut Sedana, Dewa Ayu Lempong, ada pula stana Ida Bagus Ngurah Pengastulan. Gedong Ageng merupakan tempat berstananya Dewa Ayu Manik Galih. Kemudian palinggih di sebelahnya, tempat berstananya Ida Bagus Ngurah Braban. Sebelahnya lagi stana Ida Bagus Ngurah Penyarikan. Terkait fungsi, pura subak ini tempat memohon keselamatan, kesuburan tanaman di sawah kepada manifestasi Tuhan yakni Dewa Ayu Manik Galih. 

Ada banyak pendapat mengenai kapan berdirinya pura ini. Tidak ada bukti tertulis yang memuat sejarah awal Pura Beji Sangsit. Ada yang mengatakan pada abad ke-12, ada pula yang menyatakan abad ke-16. Meski demikian, keunikan bangunan pura seperti paduraksa, candi bentar dan jenis ukirannya itu lebih lampak, lebih besar dan lebih dalam. Hal itu menunjukkan ciri khas ukiran Buleleng. 

Keindahan arsitektur khas Bali Utara di pura ini 

Berbeda dengan kebanyakan pura di Bali, di salah satu bagian kori agung Pura Beji Sangsit, tepatnya di bagian jeroan pura terdapat patung berbentuk dua orang Belanda. Satu memegang gitar dan satu lagi memegang rebab. Konon patung itu merupakan bentuk dedikasi terhadap dua pejabat kolonial Belanda yang membantu perbaikan pura. Selain arsitektur kuno yang khas, keberadaan patung orang Belanda ini pula yang menjadi daya tarik wisatawan khususnya dari Eropa. 

Bangunan pura belum pernah direnovasi di era modern. Sejauh ini, hanya ada perbaikan pada bagian atap palinggih Bhatara Dewa Ayu dan Tedung Ageng. Perbaikan semacam ini tergolong wajar karena bagian atap lama-kelamaan akan terkikis hingga habis. Namun, terkait ukir-ukiran, candi bentar maupun paduraksa, belum pernah direnovasi. 

Piodalan di Pura ini, jatuh setiap Purnama Kapat, dengan dilaksanakannya upacara pangebekan. Pada Purnama Kadasa dilaksanakan aci-aci dan pada Purnama Jyesta digelar pangusaban selama enam hari. Artinya, selama satu tahun dilaksanakan tiga kali upacara di Pura Beji Sangsit. (SSB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *