SINGARAJA – sightseeingbali.id

Desa Wisata Sudaji, yang berhasil meraih juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 atau ADWI 2022, dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), terus berinovasi dengan segala potensi yang dimiliki. Desa yang terletak di kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali ini, berada di ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Desa dengan luas 1.834,55 hektar ini, berjarak 89 – 97 kilometer (km) dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam.

Menurut Perbekel Desa Sudaji, I Made Ngurah Fajar Kurniawan, SE., desa ini memiliki potensi alam yang sangat subur dengan iklim tropis. Masyarakat setempat, sebagian besar hidup dari hasil pertanian dan perkebunan. “Potensi yang dimiliki desa Sudaji, sebagian besar dari sektor agrikultur atau pertanian, perkebunan. Selain itu, juga memiliki seni dan budaya salah satunya atraksi bukakak yang merupakan festival tahunan di desa Sudaji,” kata Fajar, Senin 23 Januari 2023.

lebih lanjut kata Fajar, untuk potensi alam yang ada di Sudaji, ada kawasan hutan yang akan dijadikan lokasi Forest healing. Tak hanya itu, jika berkunjung ke sudaji, kita juga akan disuguhkan aliran sungai dengan air sangat jernih yang membentang cukup panjang. “Di Sudaji, Kita memiliki potensi alam yang masih sangat alami dan terjaga kelestariannya. Kita punya kawasan Hutan, Aliran sungai dengan air yang sangat jernih, bentangan sawah, pembibitan tanaman kebun seperti durian yang terkenal dengan nama durian Bangkok Kane,” bebernya.

Desa Sudaji dengan alam yang masih asri.

Hasil kebun durian di Sudaji, memang sangat terkenal bahkan hingga ke luar Bali. Bahkan kata dia, akibatnya petani setempat hingga kewalahan dalam menyuplai hasil panen durian. Pasalnya, peminat dari durian Sudaji, tak hanya dari Bali, namun hingga ke luar Bali. “Dengan permintaan yang cukup banyak, petani kita sampai kewalahan memenuhi pangsa pasar. Bahkan produk durian ini, banyak dikirim ke pulau jawa, sampai dikirim ke Jakarta, Bandung, Sidoarjo dan sejumlah daerah di Indonesia,” ucapnya.

Meski saat ini potensi pasar untuk buah durian Sudaji cukup bagus, namun kedepan, bila memang sampai over produksi, buah durian ini nantinya akan diolah dan dikemas menjadi produk. Seperti es krim, maupun olahan lain yang bisa menjadi souvenir. “Kalau memang nanti over produksi buah durian, kami berencana membuat olahan dari durian, untuk souvenir di Desa Wisata,” tambahnya.

Sebagai daerah agraris, desa Sudaji yang dulunya terkenal dengan hasil pertanian berupa beras Bali Sudaji, ke depan hal itu akan kembali dibangkitkan. Seperti diketahui, beras Sudaji ada dua varietas spesifik, terdiri dari salah bulu dan cicih gundil. Salah bulu memiliki bulu yang cukup banyak dan tebal di sekitar biji padinya. Sedangkan cicih gundil memiliki sebuah lingkaran di dalam biji beras. Tinggi beras jika sudah tumbuh normal 1 meter sampai 1,2 meter. Beras yang dihasilkan dengan warna putih namun terlihat lebih besar dengan beras biasanya. Jika dimasak beras Sudaji memiliki tekstur yang sangat pulen.

Namun seiring perkembangan zaman, karena masa panen cukup panjang, dan harganya juga mahal, tentu jenis padi ini mulai ditinggalkan. Selain juga karena persaingan harga. “Dulu kita terkenal dengan Beras Bali sudaji.  Kami akan mengembangkan lagi sebagai potensi wisata untuk produk unggulan di pertanian,” katanya.

Kedepan, tentu perlu campur tangan pemerintah untuk pengembangan produk unggulan di bidang pertanian ini. Baik dalam pengembang biakan maupun dalam hal pemasaran. “Ke depan juga ini akan dijadikan sebagai atraksi wisata. Ada Beberapa kelompok subak telah membuat atraksi wisata di bidang pertanian, termasuk museumnya,” bebernya.

Selain hasil perkebunan dan pertanian, salah satu hasil hutan di Sudaji yakni pohon aren, akan dikembangkan menjadi beberapa produk turunan dari pohon. “Aren, selain untuk gula merah, ini juga bisa dijadikan camilan dan produk lain untuk bahan kue. Ini nantinya bisa menjadi produk souvenir bagi wisatawan,” terangnya.

Sementara itu, untuk potensi kuliner, di Desa Sudaji ada namanya lawar Guntung. Yang mana, lawar ini hanya dibuat setahun sekali, saat ada tradisi Bukakak. Lawar ini diolah dari Bulakak berupa babi yang dipanggang setengah bagian matang dan setengah bagian masih mentah, yang dipersembahkan pada prosesi tahuna, setiap purnama sasih karo. “Kuliner Lawar Guntung ini, hanya ada setahun sekali, biasanya dibuat setiap tradisi Bukakak di desa Sudaji. Ini juga akan menjadi atraksi tahunan di Desa Sudaji,” ujarnya.

Desa Sudaji, yang resmi ditetapkan menjadi desa wisata sejak tahun 2015, telah berhasil menjadi juara 2 pada ADWI tahun 2022, termasuk juga sebagai Nominasi Desa Wisata Berkelanjutan, yang telah memiliki sertifikasi. Dengan telah berhasil meraih ADWI pada tahun 2022 lalu, pihaknya akan berusaha untuk mempertahankan, kalau bis terus melakukan peningkatan untuk kemajuan. 

Namun demikian, sejumlah kendala masih dihadapi dalam pengembangan Desa Wisata. Salah satunya yakni masih minimnya sumber daya manusia (SDM) yang mampu berbahasa asing. Yang mana, saat ini, hanya beberapa orang saja yang bisa berbahasa asing, namun sisanya masih berbahasa daerah. 

Untuk itu, pihaknya berharap agar ada pendampingan dari pemerintah dalam hal pengembangan SDM. Termasuk juga adanya bantuan-bantuan untuk pembangunan infrastruktur. Apalagi akses jalan menuju desa Sudaji, masih tergolong kecil. Tentu ini perlu diperhatikan, untuk aksesibilitas menuju kawasan. 

“Kendala kami, untuk SDM, masih minim yang bisa bahasa asing. Sementara terkait pengembangan infrastruktur, untuk akses jalan juga sangat kecil. Tentu dengan adanya pertemuan-pertemuan yang telah dilakukan, kami berharap agar juga melibatkan pihak PUPR, sehingga akan balance, pengembangan pariwisata yang diimbangi dengan pengembangan infrastruktur,” ungkapnya. (SSB1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *