GIANYAR – sightseeingbali.id

Sebagai salah satu desa tua di Bali, Desa Taro yang terletak di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, dikenal dengan situs-situs sejarah yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan. Salah satunya seperti Pura Pucak Sabahang Dahet, yang lokasinya berada di tengah-tengah hutan, dengan kesakralan dan suasana magis masih terjaga hingga saat ini. 

Selain Pura Pucak Sabahang Dahet, di desa ini, juga terdapat Pura Agung Gunung Raung, yang merupakan Pura Sad Kahyangan. Pura ini dikatakan sebagai representasi dari kehadiran sang Maha Rsi Markandeya di Bali, dan menetap cukup lama di Taro untuk mengajarkan ajaran Hindu Dharma. 

Pura ini memiliki berbagai keunikan dibandingkan Pura pada umumnya. Seperti keberadaan titi gonggang, bale agung sepanjang 20 meter, gapura mengarah empat mata angin. Pura ini memiliki keunikan karena menghadap ke Timur. Bahkan, pura ini juga menyimpan berbagai artefak Bali Kuno yang disakralkan oleh masyarakat setempat.

Perbekel (Kepala Desa) Taro, I Wayan Warka, menyampaikan, yang menjadi menarik di desa Taro ini yakni keberadaan Duwe Lembu Putih, yaitu kerbau berwarna putih yang sangat disucikan oleh penduduk setempat. Keberadaan Lembu Putih ini hingga saat ini masih dilestarikan dengan baik, sebagai sarana penting upacara-upacara besar di Bali. 

Dalam pengembangan Desa Taro sebagai Desa Wisata, pihaknya berusaha menerapkan konsep pengembangan tanpa merusak alam. Dengan tetap mempertahankan potensi alam ini, bahkan mengantarkan Desa Taro sehingga berhasil menyabet penghargaan dalam ajang Lomba Desa Wisata, “Dengan potensi alam di desa Taro yang selalu dijaga, dalam pengembangan desa wisata, kami tidak ingin merusak alam, dan pengembangan dilakukan berbasis alam,” kata Warka, Senin 6 Februari 2023.

Desa Taro yang memiliki destinasi taman kunang-kunang, yang dipadukan dengan pertanian organik, ke depan akan terus dipertahankan. Selain itu, di desa ini juga memiliki atraksi wisata, sambil mengenal lebih dalam bagaimana orang bali mengambil Nira Aren untuk pembuatan gula merah. Kemudian ada juga pembuatan minyak kelapa, jalur tracking yang tanpa merusak alam dan masih natural. Di sana rumah penduduk juga telah dijadikan homestay. Ada sebanyak 5 homestay yang sudah jalan. 

“Selama ini yang ramai dikunjungi adalah pertanian organik, yakni taman kunang kunang. Disana juga disediakan tempat makan sambil melihat kemunculan kunang-kunang dengan pertanian organik. Lokasi ini juga menjadi taman edukasi sambil melihat kunang-kunang. Bahkan sudah empat menteri RI berkunjung ke sini,” bebernya.

Namun demikian, pihaknya menyebutkan, hampir semua lokasi di Taro, telah menjadi tempat kunjungan favorit. Karena, selama ini, semua lokasi sudah dimasukkan ke dalam paket wisata yang tentunya sangat menarik untuk dikunjungi. Selain mengandalkan potensi alam yang masih sangat asri, di Desa Taro juga memiliki Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse dan Recycle (TPS 3R) sebagai solusi terhadap sampah yang ada di Desa setempat. Bahkan, dari hasil pengolahan sampah organik disana, pupuk yang dihasilkan, juga digunakan untuk kebutuhan di desa. 

Karena Selama ini sebagian besar masyarakat setempat, mayoritas atau 80 persen lebih kerja di sektor pertanian, pihaknya memiliki mimpi untuk terus meningkatkan ketahanan pangan. Dengan harapan, pihaknya memiliki target desa Taro dikenal sebagai desa organik. 

Sebagai upaya untuk itu, saat ini Desa Taro telah mengembangkan pertanian organik sebagai eduwisata. Yang mana, wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Taro, akan diajak untuk ikut menanam, memetik dan mengolah hasil dari pertanian setempat. Bahkan saat ini disana juga telah disiapkan aktivitas cooking class. “Dengan program pengembangan sektor pertanian sebagai daya tarik wisata, juga sejalan untuk upaya kami di Desa Taro, dalam menguatkan ketahanan pangan masyarakat,” ucapnya.

Dalam pengembangan Desa Wisata, memang diakuinya, kendala yang dihadapi masih berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Terutama keberadaan masyarakat setempat yang belum maksimal paham potensi yang dimiliki. Pihaknya berharap, masyarakat lokal bisa paham dan ikut menerapkan pentingnya Sapta Pesona bagi Desa Wisata. Adapun 7 unsur yang ada dalam Sapta Pesona ini diantaranya, Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan. “Masyarakat diharap ikut menjaga lingkungan termasuk Sapta Pesona. Untuk itu, masyarakat diharapkan bisa mendapat pelatihan-pelatihan, baik dari dinas terkait maupun dari kampus kampus,” harapnya.

Selain permasalahan SDM, kendala kedua yakni terkait masih belum maksimalnya promosi. “Kedepan, untuk pengembangan desa wisata, kami masih membutuhkan upaya untuk promosi. Pasalnya selama ini, untuk promosi, memang masih belum maksimal,” ucapnya. (SSB)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *