DENPASAR – sightseeingbali.id

KTT ASEAN ke-43 telah selesai minggu yang lalu, dan tentu ada berbagai hasil yang amat penting mencakup berbagai aspek kehidupan serta geopolitik kawasan dan dunia, serta sedikitnya delapan hasil tentang kesehatan.

Pertama adalah peningkatan investasi pada pembangunan sumber daya manusia dan penguatan arsitektur kesehatan regional, meningkatkan kerja sama dalam mengatasi masalah perubahan cuaca (climate change) dan isu lingkungan lainnya, yang semuanya untuk mewujudkan kawasan ASEAN yang lebih kompetitif, punya ketahanan dan juga berkelanjutan.

Kedua, menyambut baik implementasi deklarasi pimpinan ASEAN tentang inisiatif “One Health”, kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan. Ini mencakup pembentukan TOR “One Health Network” dan juga pembentukan “Joint Action Plan on One Health”.

Hal ketiga, komitmen untuk memperkuat ketahanan (resiliensi) arsitektur kesehatan ASEAN dalam hal penyakit baru emerging dan non-emerging, pandemi, demografi dan perubahan cuaca. Area yang dicakup antara lain pelayanan kesehatan esensial penyakit menular dan penyakit tidak menular, kesehatan ibu dan anak serta mengakselerasi program eliminasi tuberkulosis, eradikasi malaria, dan mengakhiri masalah HIV/AIDS di kawasan ASEAN.

Hal tersebut dikemukakan oleh Prof Tjandra Yoga Aditama Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Guru Besar FK UI, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dalam kolomnya seperti yang dilansir dari laman detik.com.

Menurutnya, Aspek kesehatan keempat adalah tentang kemungkinan kemampuan ASEAN dalam pembuatan serta riset dan pengembangan vaksin, moda terapi dan diagnosis. Kelima, kemungkinan pengembangan mekanisme verifikasi universal ASEAN untuk sertifikat digital kesehatan selain COVID-19 yang terintegrasi dan tersentralisasi.

Keenam, komitmen memperkuat arsitektur kesehatan regional sesudah pandemi COVID-19 untuk mencapai ketahanan komunitas ASEAN. Disepakati tentang pentingnya finalisasi kesepakatan dan operasionalisasi ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED).

Ketujuh, ditekankan tentang pentingnya memperkuat kolaborasi antara para Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan untuk pendanaan kegawatdaruratan kesehatan (health emergencies). Hal kedelapan akan melanjutkan upaya memperkuat kesiapan regional dalam menghadapi kegawatdaruratan kesehatan.

Kita semua tentu berharap agar hasil-hasil yang dicapai dalam ASEAN Summit ke-43 ini benar-benar dapat diimplementasikan dengan baik di kawasan Asia Tenggara dan juga di masing-masing negara anggota ASEAN. Tantangan kesehatan kita semua masih amat besar; komitmen politis memang amat diperlukan, tetapi kerja nyata di lapangan jelas perlu ditingkatkan guna jaminan derajat kesehatan kita bersama.

Mudi Astuti dari World Travel Network Indonesia sangat mengapresiasi pendapat tersebut. Pihaknya bahkan berpendapat bahwa Kerja nyata di lapangan dengan dukungan dari Tim Kemenparekraf RI, WTN Indonesia- bersama Industry dengan support WTN International network. Bukan hanya sekedar pembahasan juga di tutup dengan MOUs, Deklarasi dan Launching Tourism Healthcare Special Economic Zone, Sanur – Bali. Semoga bisa mendorong kinerja Industri dan Healthcare Tourism di Indonesia lebih signifikan.

Inilah saatnya Bali-Indonesia meminta para pemimpin dunia untuk mendukung Bali-Indonesia dan seperti diketahui bahwa WTN International network telah meluncurkan ‘Wellness Medicine Destinations’ yang dimulai dengan Bali berkolaborasi antara Indonesia-Tourism Healthcare Industry, Bali Medical Tourism Association dan Rumah Sakit Internasional Bali untuk menarik pasar domestik dan internasional,

Event WTN SUMMIT-TIME 2023 pada 29-September 2023 mendatang juga mengusung launching Indonesia-Healthcare Corporation Bali International Hospital di KEK akan mendorong investasi di Kawasan tersebut dan mendorong market domestic & International untuk mulai mempercaykan Healthcare nya di Kawasan ini.

Dan diharapkan dapat memberikan dampak bagi Kawasan sekitar, dan mendorong kinerja Industry ini bukan hanya di Sanur Bali tapi juga Industry Kesehatan di Indonesia berbasis Pariwisata. (SSB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *