MANGUPURA – sightseeingbali.id
Kabupaten Badung yang terkenal dengan dunia pariwisatanya, ternyata memiliki banyak pusat pelestarian seni budaya. Bahkan kerajinan karya seni khas Bali, masih dikerjakan dengan cara tradisional.
Salah satunya seperti yang ada di Manik Art Collection, yang beralamat di Jalan Raya Semana, Br. Semana, Mambal, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali. Di tempat ini, kerajinan ukir wayang kulit di bawah asuhan I Made Prapta (60) sebagai pengrajin, masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Kerajinan ukir tradisional wayang kulit ini bahkan masih sangat diminati, tidak hanya oleh masyarakat lokal, namun juga wisatawan mancanegara.
Menurut penuturan pengrajin wayang kulit, I Made Prapta, di Manik Art Collection ini, pihaknya biasanya membuat berbagai karakter wayang kulit sesuai dengan permintaan. Dikatakannya, untuk wayang kulit, secara spesifik sebenarnya ada dua jenis yang umum dalam pewayangan, yakni wayang kulit cerita Ramayana dan Mahabharata.
Selain itu kata dia, juga ada beberapa di Lakon lain seperti Cupak dan lainnya. Namun menurutnya, yang paling banyak adalah lakon dari cerita Ramayana dan Mahabarata. “Yang paling banyak, biasanya dari lakon seperti Arjuna, Bima. Itu tokoh-tokoh yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak diminati. biasanya tuh kalau tamu mancanegara tuh tahunya itu, seperti Rama, Krisna, itu tokoh-tokoh terkenal, atau tokoh sentral,” katanya saat ditemui di tempat workshopnya, Minggu 16 Februari 2025.
Lebih lanjut dikatakan Prapta yang sudah menekuni seni ukir sejak remaja mengungkapkan, yang menarik di Manik Art Collection ini adalah, bagaimana wayang itu bisa dilihat mulai dari tahap proses awal bikin sampai jadi. Atraksi itulah kat dia yang biasanya dicari oleh Wisatawan, karena mereka bisa melihat langsung. “Wisatawan yang datang, bukan cuma membeli saja, tapi mereka bisa melihat langsung prosesnya, jadi ada edukasinya juga,” ucapnya, dikutip dari baliprawara.com.
Untuk proses pembuatan wayang lanjut dia, prosesnya masih tradisional, yang dalam pembuatanya dilakukan diukir secara manual dengan tangan. Jadi memang betul-betul menampilkan ciri khas otentik dari budaya yang memang dulu sudah ada. Semuanya pure tradisional, dan masih menampilkan pakem tradisional
“Masih tradisional, dan semua itu dibikin langsung secara manual. Dalam pembuatan wayang, kita masih tetap mempertahankan semua. Pakem-pakem nya itu dari dulu sampai sekarang masih tetap, pola-polanya pun tidak banyak berubah,” bebernya.
Untuk pemasaran wayang kulit khas Bali ini, selama ini untuk permintaan banyak dari masyarakat lokal, sudah hampir di keseluruhan Bali. Peminatnya juga sudah banyak, bail dari anak-anak yang masih belajar sampai ke yang sudah bisa jadi dalang, hingga pemain profesional di Bali.
Selain itu, permintaan juga ada dari Jawa, Sulawesi beberapa juga ada dari Kalimantan. Bahkan banyak juga permintaan dari mancanegara, yaitu ada dari Asia seperti dari Jepang, Taiwan, juga banyak yang tertarik. Sedangkan, dari benua Eropa khususnya dari Belanda, termasuk juga dari Amerika, sudah tertarik. “Merekapun yang datang ke workshop, tidak hanya untuk membeli saja, namun bisa langsung dapat merasakan bagaimana cara bikin wayang secara tradisional,” ujarnya.
Untuk harga, mulai dari wayang yang kecil dari harga Rp70.000, ada juga Rp100.000, Rp250.000, sampai yang paling mahal Rp 1,2 juta. Untuk harga tergantung juga model wayangnya, sesuai variasi dari ukuran dan juga tokohnya, motif wayangnya, seeta lama pengerjaan.
Dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi saat ini, pihaknya berharap tradisi budaya Bali ini bisa tetap dipertahankan bahkan diteruskan oleh generasi berikutnya. Untuk itu pihaknya bahkan sering mengikuti menggelar edukasi kepada anak-anak sekolah sebagai bentuk pengenalan budaya sejak dini.
Selain itu, pihaknya juga sering mengikuti pameran di event-event besar seperti Pesta Kesenian Bali, seeta event internasional, seperti IMF Forum, World Water Forum, dan event lainnya. Dalam setiap berpameran, pihaknya juga selalu melakukan demonstrasi untuk pembuatan wayang langsung di tempat sebagai bentuk pengenalan kepada masyarakat luas. (SSB)