GIANYAR – sightseeingbali.id
Sebuah kisah pulang yang sarat makna, terukir di Taman Safari Bali, di tengah semarak hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada momen ini, sebanyak 20 ekor Perkici Dada Merah (Trichoglossus forsteni mitchellii), yang merupakan burung endemik Bali dan Lombok, akhirnya pulang ke habitatnya.
Puluhan Perkici Dada Merah ini, akhirnya kembali menjejak tanah air, setelah sebelumnya selama bertahun-tahun tinggal di luar negeri. Tentu ini bukan hanya sekadar kepulangan, melainkan simbol kebangkitan warisan hayati bangsa, yang lahir dari kolaborasi lintas benua. Ini merupakan kolaborasi antara Paradise Park (UK), World Parrot Trust, Taman Safari Bali, serta dukungan Kementerian Kehutanan dan BKSDA Bali.
Kepulangan ini dimulai dari Cornwall, Inggris, pada 16 Juli 2025. Yang mana, rombongan kecil bersayap ini memulai perjalanan panjang dari London – Doha – Bali dengan Qatar Airways. Setelah tiba di Pulau Dewata pada 17 Juli sore, mereka langsung memasuki fasilitas karantina khusus di Taman Safari Bali. Di Taman Safari. Bali, puluhan Perkici Dada Merah ini, menjalani pemeriksaan kesehatan secara intensif, observasi perilaku, dan adaptasi lingkungan yang dilakukan sesuai standar kesejahteraan satwa internasional. “Ini langkah awal menuju kehidupan baru di tanah kelahirannya,” kata Ari Janiawati, Kurator Taman Safari Bali.
Lebih lanjut dikatakan Ari, menjelang kedatangan, Taman Safari Bali menghadirkan Head Keeper dari Paradise Park UK, untuk melakukan pelatihan teknis bagi tim keeper Indonesia. Adapun materi pelatihan yang diberikan mencakup teknik handling, pemberian pakan, hingga enrichment, memastikan setiap individu mendapatkan perawatan terbaik. “Fasilitas kandang juga dibangun dari awal mengikuti desain yang aman, nyaman, dan sesuai kebutuhan biologis Perkici Dada Merah,” ucapnya.
Lebih dari Sekadar Konservasi, hewan dengan bulu hijau cerah, dada merah menyala, dan sifat lincahnya, Perkici Dada Merah adalah salah satu permata alam Indonesia. Namun, keindahan ini sempat terancam hilang akibat perburuan dan perdagangan ilegal. “Program ini bukan hanya memulangkan burung, tapi mengembalikan harapan. Inilah awal dari upaya reintroduksi mereka ke habitat alaminya di masa depan,” ujar Ari Janiawati menambahkan.
Sementara itu, Angela D’Alessio, dari Indonesia Coordinator World Parrot Trust, menambahkan, kolaborasi ini membuktikan bahwa konservasi adalah tanggung jawab bersama, melampaui batas negara. Mengambil semangat dari bahasa Bali, ‘Kedis mewali ke Bali’ yang berarti ‘burung pulangke Balu’ menjadi simbol gerakan konservasi ini. “Kepulangan mereka adalah ajakan bagi seluruh masyarakat untuk turut menjaga kekayaan hayati Indonesia, demi generasi yang akan datang,” ujarnya.
Taman Safari Bali sebagai lembaga konservasi modern, terus berkomitmen pada pelestarian satwa liar melalui program edukasi, penelitian, dan reintroduksi. Dengan fasilitas berstandar internasional dan tim profesional, Taman Safari Bali menjadi mitra strategis dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. (SSB)