MANGUPURA – sightseeingbali.id
Perayaan Hari Raya Natal di Kapela Rumah Khalwat Tegal Jaya, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, tahun ini menghadirkan nuansa yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Suasana Natal tidak hanya terasa dari rangkaian ibadah dan dekorasi cahaya, tetapi juga dari kehadiran sebuah pohon Natal berukuran besar dengan konsep yang tidak lazim.
Pohon Natal tersebut berdiri megah di area kapela dan langsung menarik perhatian umat yang datang beribadah maupun warga sekitar. Berbeda dari kebanyakan pohon Natal yang identik dengan bahan sintetis, ornamen pabrikan, atau pohon plastik, dekorasi Natal di Kapela Rumah Khalwat Tegal Jaya justru mengangkat material yang dekat dengan kehidupan masyarakat Bali.
Konsep yang diusung menonjolkan penggunaan keranjang pindang serta klangsah atau anyaman daun kelapa kering. Pemilihan bahan ini menciptakan kesan alami sekaligus menampilkan sentuhan budaya lokal dalam perayaan Natal yang sarat makna.
Pohon Natal unik ini dirancang dan digagas oleh Nyoman Suarma. Ide tersebut muncul secara spontan dari pengamatan sederhana dalam aktivitas sehari-harinya, khususnya saat mengantar sang istri ke pasar tradisional. Dari situ, ia melihat keranjang pindang yang umum digunakan pedagang, lalu terpikir untuk memanfaatkannya sebagai bahan utama dekorasi Natal.
Gagasan tersebut kemudian disampaikan kepada pimpinan Kapela Rumah Khalwat Tegal Jaya Dalung. Usulan itu mendapat sambutan positif dan disetujui untuk direalisasikan sebagai ikon perayaan Natal tahun ini. Pohon Natal dengan konsep berbeda ini pun mulai dirancang secara matang, baik dari sisi desain maupun pemilihan material.
Secara visual, pohon Natal tersebut memiliki bentuk kerucut dengan tinggi sekitar tujuh meter dan diameter kurang lebih empat meter. Ratusan keranjang pindang disusun secara bertingkat membentuk struktur yang kokoh dan estetis. “Klangsah atau blarak digunakan sebagai elemen pelengkap yang memperkuat kesan alami sekaligus menyatu dengan susunan keranjang,” katanya, Senin 22 Desember 2025.
Jumlah keranjang pindang yang digunakan mencapai sekitar 680 buah dengan berbagai ukuran. Diameter keranjang bervariasi, mulai dari 20 sentimeter, 25 sentimeter, hingga 30 sentimeter. Keranjang-keranjang tersebut dibeli langsung dari para perajin yang berada di Desa Adat Palaktiying, Kabupaten Bangli. Dengan demikian, proses pembuatan pohon Natal ini juga melibatkan dan mendukung perajin lokal.
Selain keranjang pindang, bahan klangsah menjadi elemen penting dalam tampilan keseluruhan pohon Natal. Sekitar 120 lembar klangsah digunakan untuk melengkapi susunan keranjang dan memberikan tekstur visual yang khas. “Klangsah tersebut diperoleh dari Pasar Gerih, Kecamatan Abiansemal, yang dikenal sebagai salah satu pusat penjualan bahan-bahan tradisional,” ucapnya.
Proses pengerjaan pohon Natal ini tidak dilakukan dalam waktu singkat. Nyoman Suarma dibantu oleh lima orang rekannya dalam merakit dan menyusun setiap elemen sesuai desain yang telah direncanakan. Secara keseluruhan, pengerjaan memakan waktu sekitar dua bulan, dimulai dari tahap perencanaan, pengadaan bahan, hingga pemasangan akhir di area kapela.
Rangka utama pohon Natal sendiri bukanlah struktur baru. Rangka tersebut telah digunakan selama kurang lebih 10 tahun dan menjadi dasar dari berbagai konsep pohon Natal yang dihadirkan setiap tahunnya. Meski rangkanya sama, material hiasan dan tema yang diusung selalu berganti, sehingga tampilan pohon Natal tidak pernah terlihat monoton.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan keranjang pindang menjadi tantangan tersendiri. Setiap keranjang harus dipasang dengan hati-hati, terutama karena sebagian besar pemasangan dilakukan di ketinggian. Perbedaan ukuran keranjang juga menuntut ketelitian ekstra agar susunan tetap rapi, seimbang, dan aman.
Ketepatan penempatan keranjang menjadi faktor penting agar struktur pohon Natal tetap stabil sekaligus menghasilkan tampilan visual yang menarik dari berbagai sudut pandang. Proses ini membutuhkan kesabaran serta kerja sama tim yang solid agar seluruh elemen dapat terpasang sesuai rencana.
Kapela Rumah Khalwat Tegal Jaya sendiri bukan kali pertama menghadirkan pohon Natal dengan konsep tidak biasa. Pada perayaan Natal di tahun-tahun sebelumnya, berbagai material unik pernah digunakan sebagai hiasan utama pohon Natal. Di antaranya bunga krisan, sepatu bekas, hingga hasil bumi yang tersedia di lingkungan sekitar.
Pergantian konsep setiap tahun dilakukan untuk menghadirkan suasana Natal yang selalu segar dan berbeda. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, perayaan Natal di Kapela Rumah Khalwat Tegal Jaya tidak hanya menampilkan sisi religius, tetapi juga kreativitas dan kekayaan budaya lokal.
Ke depan, konsep pohon Natal ramah lingkungan ini masih akan terus dikembangkan. Untuk perayaan Natal tahun berikutnya, terdapat wacana penggunaan tanaman hidup sebagai bahan utama dekorasi. Sementara untuk tahun-tahun selanjutnya, konsep akan kembali disesuaikan dengan ide-ide baru yang muncul seiring waktu.
Kehadiran pohon Natal dari keranjang pindang dan klangsah ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan Natal di Kapela Rumah Khalwat Tegal Jaya Dalung. Dengan memanfaatkan bahan sederhana dan tradisional, pohon Natal tersebut tampil berbeda dan menjadi daya tarik tersendiri, sekaligus mencerminkan semangat kebersamaan dalam merayakan Natal. (SSB)


