MANGUPURA – sightseeingbali.id
Gerbang masuk kawasan pantai Legian, Kecamatan Kuta, Badung, kini terlihat semakin cantik. Pasalnya di lokasi ini, kini telah terpasang sebuah patung yang menjadi ikon pantai Legian, yakni “Tari Masolah Bawa”.
Pemasangan patung ini, ternyata merupakan bagian dari rangkaian proyek penataan pantai Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigta). Tentu dengan keberadaan patung ini, dan penataan yang dilakukan, area pantai menjadi lebih asri dan indah.
Menurut Project Manager Tunas Jaya Sanur (TJS) – Bianglala KSO, I Nyoman Agus Sandika, patung tersebut merupakan realisasi dari usulan masyarakat setempat kepada Pemerintah Kabupaten Badung, sehingga, pihaknya melakukan pengerjaan atas masukan tersebut. Patung ini memiliki ketinggian 3,5 meter, dan di sekitar patung, tepatnya di sisi kiri dan kanan pedestal, dihiasi kolam air terjun serta ada tulisan Pantai Legian.
Untuk diketahui, patung yang Tari Masolah Bawa ini, menggambarkan semangat seniman atau seorang penari Bali dan juga pemain surfing di Legian. Patung Tari Masolah Bawa atau biasa disebut patung Tari Surfing ini, merupakan visualisasi dua budaya berbeda yang masih tetap dipertahankan warga Legian.
Cerita patung tersebut, sesungguhnya diambil dari tari maskot yang dimiliki oleh Desa Adat Legian yakni Tari Masolah Bawa atau Tari Surfing. Tari Masolah Bawa ini, diciptakan pada tahun 2016 silam oleh dua seniman tari yang masing-masing bernama Ida Bagus Yudistira, SSn., dan I Made Nova Antara SSn. Sementara iringannya, diciptakan oleh I Wayan Gede Arnawa SSn.
Penciptaannya sendiri sebenarnya terinspirasi dari tingkah polah para muda-mudi dalam menyikapi masuknya budaya asing. Mengingat Legian adalah wilayah tujuan wisata internasional, yang terkenal oleh indahnya bentangan pantai berpasir putih dan ombaknya.
Seiring dengan itu, olahraga papan selancar atau surfing menjadi salah satu budaya asing yang masuk ke Legian. Ada pemuda yang kemudian ikut menggemari olahraga dimaksud dengan gaya hidup layaknya anak pantai, tapi di sisi lain ada pula yang tetap kukuh melestarikan budaya sendiri.
Melihat kondisi itulah seorang seniman tari akhirnya terinspirasi untuk membuat sebuah garapan tari berjudul Masolah Bawa. Masolah artinya berperilaku, dan Bawa artinya baik. Jadi Masolah Bawa diartikan sebagai perilaku yang baik. Yakni ketika Desa Adat Legian digempur oleh pengaruh budaya asing, para pemuda dan pemudi tetap berusaha mempertahankan identitas budaya lokal yang adi luhung. (SSB1)