SEMARAPURA – sightseeingbali.id

Berbicara tentang kerajinan gamelan, pastinya identik dengan salah satu desa di wilayah Kabupaten Klungkung, yakni, desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan. Bahkan, bisa dikatakan, Desa Tihingan ini, satu-satunya desa yang menjadi sentra pengrajin gamelan di Bali. 

Tentu saja, sejarah panjang telah dilalui Desa Tihingan, sebagai pengrajin Gamelan. Pasalnya, keberadaan masyarakat yang menekuni pembuatan gamelan hingga menjadi sentra pengrajin gamelan saat ini, telah dimulai sejak zaman kejayaan Kerajaan Klungkung. Dengan keunggulan di bidang Produksi Gamelan yang dimiliki, Desa Tihingan kini telah ditetapkan sebagai desa wisata, melalui peraturan Bupati Klungkung no 2 tahun 2017. 

Menurut Perbekel Desa Tihingan, Wayan Sugiarta, alasan ditetapkannya Desa ini sebagai desa wisata, memang karena di desa Tihingan ini, memiliki potensi pengrajin gamelan, satu-satunya di Bali yang bersifat sentra. Yang mana di Desa ini,  ada cukup banyak, yakni mencapai sebanyak 65 pengrajin Gamelan. Ini kata dia menjadi warisan budaya bagi desa tihingan, bahkan menjadi sumber ekonomi desa, karena ada ratusan tenaga kerja lokal yang terserap untuk bekerja disana. “Meski sempat mengalami kendala saat pandemi Covid-19. Namun kerajinan gamelan masih tetap eksis, termasuk juga sudah menjadi produk ekspor,” kata Sugiarta, saat dikonfirmasi, Rabu 18 Januari 2023.

Aktivitas pembuatan gamelan, di Desa Tihingan. (ist)

Selain populer dengan sentra pengrajin gamelan di Bali, Desa Tihingan ini juga tidak kalah menarik dengan desa lainya dari segi keindahan alam dan potensi alamnya. Yang mana, desa ini juga memiliki panorama dan keindahan alam yang masih asri. Bahkan, banyak wisatawan berwisata sambil healing dengan aktivitas Yoga. “Ini (pengrajin gamelan-red), tentu menjadi potensi yang dimiliki, untuk mengembangkan desa wisata. Namun demikian dalam pengembangan desa wisata, ada juga potensi lain seperti keindahan alam yang menjadi andalan. Salah satunya Tempek Enjung,” terangnya.

Aktivitas Yoga di Desa Wisata Tihingan. (ist)

Dikatakan, Tempek Enjung yang ada di Dusun Pau Desa Tihingan, lokasinya berada di kawasan persawahan. Dalam hal ini, yang menjadi unggulan potensi yang ditawarkan untuk para wisatawan, tentu keindahan alamnya. Seperti keberadaan sawah berundak atau umum disebut terasering, termasuk ada alur sungai Jinah. Tak hanya itu, dari tempat tersebut kata dia, pengunjung juga bisa melihat matahari terbit, melihat Gunung Agung, dan pantai, bahkan pulau Nusa Penida juga bisa terlihat secara utuh dari kawasan Tempek Enjung ini.  

Kedepan, selain sebagai sentra gamelan dan keindahan alam, dari sisi kuliner, pihaknya juga memiliki mimpi untuk memperkenalkan kuliner khas Tihingan ke kancah nasional bahkan Internasional. Seperti misalnya, kuliner Bubuh Tihingan (Bubur Tihingan) dan juga Pesan Tlengis (pepes ampas minyak  kelapa). 

“Yang ingin kami kembangkan ke depan yakni, terkait kuliner khas Desa Tihingan, serta kreatifitas anak muda yang nantinya bisa menopang Desa Wisata Tihingan. Untuk kuliner yang dimiliki, yakni Bubuh Tihingan, Pesan Tlengis. Yang mana kuliner ini sudah diwarisi masyarakat kami sejak dulu,” ucap Sugiarta, yang merupakan alumni Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali, tahun 1991.

Homestay di Desa Wisata Tihingan. (ist)

Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana malam di Desa Tihingan, di desa ini juga memiliki homestay yang tentunya sangat nyaman. Jumlah kamar yang ada, total sebanyak 20 kamar. 

Meski telah ditetapkan sebagai Desa Wisata, namun tentu dalam pengembangan, tak terlepas dari yang namanya kendala. Menurut Sugiarta, kendala yang utama, memang terkait pendanaan. “Ini (pendanaan-red) jelas menjadi kendala bagi kami, di Desa. Kendala kedua, terkait sumber daya manusia (SDM). Pasalnya generasi sekarang, inginnya instan, dan belum berminat untuk ikut berkontribusi dalam membangun desa,” ucapnya.

Kedepan, pihaknya berharap, agar ada perhatian dari pemerintah dalam hal pendampingan. Tidak hanya dari sisi pendanaan, namun juga dari sisi pengembangan SDM untuk memajukan Desa Wisata kedepan. “Tentu kehadiran pemerintah sangat diharapkan. Begitu juga sumbangsih dari para akademisi, untuk menuangkan ide dan pendampingan. Karena diyakini, para akademisi ini lebih paham dalam hal kajian akademis,” katanya mengharapkan. (SSB1)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *