Traveling

Garuda Wisnu Kencana, Landmark Pariwisata Bali Mahakarya Maestro Nyoman Nuarta

Patung Wisnu (depan) dan patung Garuda Wisnu Kencana, berdiri megah di bukit kapur, Desa Ungasan, Badung.

MANGUPURA – sightseeingbali.id

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) atau Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, menjadi tuan rumah pada gelaran makan malam para pimpinan Negara G20, saat mengikuti KTT G20 di Bali, pada 15 November 2022. Tentu momen ini, menjadi kebanggaan tersendiri bagi GWK, khususnya Bali dan Indonesia. 

Jamuan makan malam yang disajikan, saat itu dipadukan dengan pementasan budaya saat itu, sangat menarik perhatian para pimpinan Negara G20 yang hadir. Tentu saat itu, mata dunia tertuju pada Bali, dan Indonesia yang memegang Presidensi G20 tahun 2022.

Namun, dibalik kesuksesan GWK menjadi tuan rumah jamuan makan malam para pimpinan Negara G20, ada cerita menarik dibalik pembangunan GWK pada masa lalu. Yang mana, dalam perjalanan pembangunan patung GWK yang berada di kawasan kebudayaan (cultural park) Desa Ungasan, Kuta Selatan, Bali, tersebut berlangsung selama 28 tahun. 

Gagasan pembangunan GWK ini, telah muncul untuk menciptakan landmark pariwisata Bali, pada tahun 1989. Ide tersebut kemudian mulai dijalankan pada tahun 1990. Yang mana, pengembangan konsep tersebut, dilakukan dengan melibatkan Menteri Pariwisata ketika itu, yakni Joop Ave, Gubernur periode itu, Ida Bagus Oka (alm), bersama Ida Bagus Sudjana (alm), dan seniman Nyoman Nuarta. Terkait lokasi, akhirnya disepakati menggunakan perbukitan kapur di Ungasan, Jimbaran, yang selama ini tidak produktif.

Pasalnya, lokasi ini merupakan bekas penambangan kapur liar yang sudah ditinggalkan dalam keadaan yang kurang baik dan tidak ada tanaman yang mampu hidup. Setelah mendapat restu dari Presiden Soeharto pada tahun 1993, lalu dilakukan sosialisasi di hadapan para anggota dan pimpinan DPRD Bali, tokoh-tokoh masyarakat Bali serta masyarakat di sekitar lokasi GWK.

Baca Juga:  Kelvin Cahyanto Soetektjo Ajak Pecinta Motor Besar Support Pelaku UMKM, Dukung Pariwisata NTT

Meski pada awalnya menuai pro dan kontra, groundbreaking pedestal GWK dilakukan pada tahun 1997. Tetapi sebelumnya pada periode 1994-1996 telah dilakukan penataan terhadap land art di sekitar Bukit Ungasan, Jimbaran, hingga menjadi seperti sekarang ini.

Selama periode awal tahun 2000, setelah dilangsungkan Garuda Wisnu Kencana Expo 2000, GWK selama tahun-tahun berikut mengalami pasang-surut. Kawasan ini bahkan sempat terkatung-katung antara dilanjutkan atau tidak, walau pengelolaannya masih terus berlangsung.

Pada saat itu, seniman sekaligus desainer patung GWK Nyoman Nuarta, memiliki 82 persen saham atas GWK. Namun akibat krisis yang berkepanjangan, Nyoman Nuarta tidak mampu mempertahankan kepemilikan saham tersebut sehingga akhirnya pada tahun 2012, harus merelakan PT Alam Sutra Realty Tbk untuk mengakuisisi saham GWK.

Sang Maestro Nuarta kemudian menyelesaikan GWK di bawah PT Siluet Nyoman Nuarta (SNN), yang mengawal investor agar taat pada komitmen menyelesaikan pembangunan GWK. Kehadiran GWK ini, menjadi landmark baru pariwisata Bali, serta akan menjadi pembuktian bahwa negara berkembang seperti Indonesia bisa melahirkan mahakarya untuk dunia.

GWK ini juga aman menjadi bukti bahwa Indonesia berdaulat di bidang kebudayaan, dan diharapkan kiblat kebudayaan dunia itu akan terjadi di GWK Cultural Park, karena di lokasi ini, tidak hanya ada patung, tetapi juga forum-forum kebudayaan dunia.

Secara fisik, GWK akan memiliki ketinggian 121 meter, dan menjadi patung tembaga dengan teknik cor las terbesar di dunia. Teknik cor las juga akan menandai pertama kalinya patung sebesar GWK dikonstruksi dengan pengelasan keping demi keping. 

Setelah menempuh perjalanan selama 28 tahun, pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), akhirnya selesai pada Agustus 2018, dan diresmikan pada 22 September 2018. Peresmian langsung dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga:  Gagahnya Patung Dewa Ruci, Ikon Kabupaten Badung

Kala itu, Presiden Jokowi menyebut patung GWK tertinggi ketiga di dunia dan lebih tinggi dari Patung Liberty yang berada di New York, Amerika Serikat. “Saya tadi diberikan penjelasan bahwa patung ini lebih tinggi dari pada Patung Liberty di Amerika Serikat,” kata Presiden Jokowi pada peresmian GWK saat itu.

Patung GWK ini, ternyata juga telah menjalani serangkaian tes, di antaranya wind tunnel test atau tes ketahanan angin di Australia (windtech) dan Kanada (RDWI), cavity test atau tes rongga secara berkala, dan soil test. (SSB)

Anda Juga Menyukai

Traveling

Keindahan Taman Ujung, Tempat Istirahat Raja Karangasem

AMLAPURA – sightseeingbali.id Taman Soekasada atau yang biasa disebut Taman Ujung, terletak di Desa Ujung, Jalan Raya Taman Tumbu, Karangasem
Traveling

Menginap di Hotel Nikko Bali, Jangan Khawatir Kehabisan Aktivitas

MANGUPURA – sightseeingbali.id Mengunjungi Bali karena keindahan alam, budaya, atau kulinernya? Berlibur sendiri atau bersama keluarga? Selalu ada alasan untuk
Translate »